Bisa dimungkinkan untuk sejumlah anak muda, bersinggungan langsung dengan pupuk kandang, kotoran ayam dan juga sekam padi bukanlah menjadi pilihan utama didalam berwirausaha. Namun berbeda cerita dengan seorang pemuda yang masih berumur 25 tahun yang sudah mempunyai kemampuan melihat peluang sebuah bisnis yang sangat startegis.
Pemuda tersebut memiliki nama Joko Prasetyo yang lahir di Solo pada tanggal 26 Desember 1987 tersebut memiliki kemampuan untuk mengambil peluang yang sangat bagus didalam kondisi ekonomi yang cukup tidak stabil dalam kurun waktu beberapa tahun belakang. Saya sering memanggilkan dengan sebutan mas Joko.
Mas Joko mulai usaha ternak ayam petelur ditahun 2008 dimana sampai dengan saat ini sudah berjalan sekitar 10 tahun. Tentunya dia sudah mulai menikmati hasil dari jerih payahnya dalam beternak ayam petelur.
Wawancara Dengan Peternak Ayam Petelur
Dibawah ini adalah hasil wawancara dengan peternak ayam petelur, mas Joko yang sudah penulis rangkum. Silahkan disimak.
Saya : mas joko, bagaimanakah awal mula mas bisa memiliki ide atau pikiran untuk mencoba beternak ayam petelur?
Mas Joko : pikiran saya pertama kalinya adalah daripada saya lantang luntung tidak jelas di ibukota, hidup hanya numpang dirumah kerabat, mendingan saya mencoba untuk usaha sendiri. Memang saya cukup lama mikir mau buka usaha apa, hingga sampai saya mencoba memutuskan untuk mencoba usaha ayam petelur.
Saya : dari sisi modal, berapa biaya yang mas Joko keluarkan?
Mas Joko : dari sisi modal, saya memperoleh bantuan dari para kerabat. Selain itu, saya juga mencoba untuk membuat proposan dan mengajukan ke bank. Ternyata proposal tersebut disetujui oleh pihak bank. Setelah modal dirasa cukup dan persiapan sudah cukup matang, saya mulai bergerak. (sambil tertawa)
Saya : dari sisi persiapan beternak ayam petelur, apa saja yang perlu dipersiapkan? Lalu, ayam jenis apa yang mas kembang biakan?
Mas Joko : untuk bagian persiapan, tentu diawal saya membuat kandang terlebih dahulu dalma bentuk bangunan, makanan ayam, penghangat ruangan yang bahan dasarnya adalah batu bara yang dibakar dan ditaruh di tunggu khusus, sekam/kulit padi kering, lampu dengan daya atau watt besar dan vitamin.
Sementara itu, untuk jenis ayamnya saya mencoba untuk mengembangkan ayam petelur dan pedaging yang sering disebut ayam broiler.
Saya : pada jenis ayam pedaging, berapa ekorkah yang mas pelihara?
Mas Joko : pada setiap pengambilan sekitar 2.000 ekor bibit ayam pedaging
Saya : untuk proses pengembangannya itu sendiri dilakukan bagaimana?
Mas Joko : proses pengembangannya adalah pada hari ke 1 sampai dengan hari ke 3 hanya diberikan campuran gula merah dengan air jahe yang sudah dipanaskan pada panci dengan ukuran cukup besar, sebab jumlah ayam yang dipelihara juga cukup banyak.
Selanjutnya pada hari ke 4, bibit ayam mulai diberikan makanan, yakni pupuk dalam porsi sedikit, kurang lebih seberat 2 ons untuk masing-masing pakan ayam. Saya kerjakan aktifitas tersebut sampai ayam berusia satu minggu. Setelah ayam berumur 1 minggu, ayam kemudian saya berikan makan dalam porsi yang banyak sampai dengan ayam berumur 30 hari.
Saya : lantas, bagaimanakan mas Joko mengantisipasi apabila muncul virus yang cukup mematikan pada ayam-ayam yang mas pelihara?
Mas Joko : langkah mengantisipasinya adalah dengan memberikan vitamin pada ayam dan juga vaksin
Saya : kapan pemberian vaksim ayam mas Joko berikan?
Mas Joko : ayam saya berikan vaksin pada hari ke tujuh, hari ke empat belas dan hari ke dua puluh satu
Saya : kapankan ayam-ayam yang mas Joko ternak bisa dipanen?
Mas Joko : sebenarnya ayam pedaging yang sudah bisa dipanen ketika sudah berumur 28 hari sampai dengan 30 hari.
Saya : bagaimanakah proses penjualan ayam pedaging hasil ternak mas Joko?
Mas Joko : proses penjualan tidak dipasarkan secara langsung kepada konsumen, sebab ada bagian distributor yang pada saat panen ayam datang langsung ke perternakan saya.
Saya : berapa kira-kira omset penjualan perpanen atau perbulan usaha peternakan ayam mas Joko?
Mas Joko : omset setiap bulan, bersihnya saya bisa mengambil keuntungan sekitar Rp. 7.000.000 sampai dengan Rp. 10.000.000, sebab harga ayam dipasar kadang kala naik kadang kala turun.
Saya : mengapa harga pasaran yang tidak stabil bisa memberikan dampak pada omset mas Joko?
Mas Joko : bagian yang pertama, pusat sangat mempengaruhi harga, bagian yang kedua disebabkan oleh pengaruh hari-hari besar dan cuaca.
Saya : dari usaha peternakan mas Joko, sampai dengan saat ini apakah yang sudah diperoleh?
Mas Joko : sekarang ini saya sudah dapat membeli kendaraan yang saya gunakan sebagai sarana transportasi, selain itu, juga bisa menambah modal untuk usaha peternakan, serta sudah bisa membangung rumah serta bisa juga untuk membeli kendaraan pribadi.
Sekian Uraian singkat tentang contoh wawancara dengan peternak ayam pedaging dan sekaligus merangkap sebagai peternak ayam petelur. Tentunya, contoh wawancara di atas hanyalah berupa ilustrasi saja yang mana hal tersebut bisa anda jadikan sebagai salah satu bahan rujukan untuk belajar bagaimana cara beternak ayam petelur dengan sebaik-baiknya. Terima kasih dan selamat mencoba, semoga sukses.